Tokyo - Ada yang aneh dengan The Grand Prince Hotel Akasaka di Tokyo, Jepang. Hotel yang awalnya menjulang 40 lantai, dalam setahun menyusut tinggal setengahnya. Kok bisa?
Tak salah lagi, The Grand Prince Hotel Akasaka menyusut menjadi setengahnya. Panorama ini pasti tampak aneh di mata wisatawan yang sebelumnya pernah menyambangi Kota Tokyo dan lewat di depan hotel tersebut di Distrik Aksaka yang berada di pusat kota Tokyo.
Bukan sulap, bukan sihir. Menyusutnya gedung hotel ini tak lain adalah penghancuran gedung yang dilakukan secara bertahap. Kalau biasanya gedung dihancurkan dengan bahan peledak, hotel ini dihancurkan dengan cara yang lebih halus dan ramah lingkungan.
"Dalam penghancuran ini, gedungnya akan menyusut dan kemudian menghilang tanpa Anda sadari," tutur Hideki Ichihara, manager Taisei Ecological Reproduction System (TECOREP), perusahaan konstruksi yang mengerjakan proyek ini, seperti dilansir dari News Australia, Kamis (28/2/2013).
The Grand Prince Hotel Akasaka dibangun tahun 1980-an. Gedung setinggi 140 meter ini pernah menjadi simbol glamornya masyarakat Jepang. Saat itu perekonomian Jepang menguasai dunia, warga Jepang kaya raya. Hingga akhirnya pada 1990-an perekonomian mulai menurun, hotel-hotel harus bekerja keras agar buku tamu mereka penuh.
Mulai tahun lalu, bangunan gedung ini menyusut 2 lantai (6,4 meter) tiap 10 hari. TECOREP mengembangkan cara baru menghancurkan sebuah gedung tanpa perlu suara bising dan sampah material yang berlebihan.
Tak hanya itu, TECOREP juga mendaur ulang energi yang ada pada bangunan-bangunan tersebut. Caranya, para pekerja mengaplikasikan balok baja di lantai teratas.
Mereka menggunakan 15 jack hidrolik dan beberapa teknologi lain sehingga bisa mengenyahkan 1 lantai sekaligus dalam 1 waktu. Menggunakan prinsip katrol, sampah materialnya didaur ulang menjadi energi listrik untuk penerangan dan sistem ventilasi.
"Dengan adanya baja di bagian atas gedung, kami bisa mengurangi bising dan debu secara signifikan. Polusi debu berkurang hingga 90%, sehingga dampak buruk terhadap lingkungan sangat kecil," tambah Ichihara.
Hotel berusia 30 tahun yang dikenal dengan nama Aka-Puri ini pernah menjadi simbol kehidupan glamor Tokyo.
Wisatawan rela merogoh kocek ratusan dolar untuk menginap barang semalam di kamar suite nan mewah, atau menghabiskan dolar untuk paket Christmas Eve bersama pasangan.
"Aka-Puri dicintai banyak orang. Banyak juga yang melangsungkan pernikahan di sana," tutur Jugo Yasutake dari Seibu Properties. Perusahaan inilah yang berencana membuat hotel baru dan komplek bisnis di kawasan tersebut. Bulan Juni tahun ini proyek tersebut selesai. Wisatawan tak bisa lagi melihat The Grand Prince Hotel Akasaka.
"Senang melihat bangunan ini menghilang dengan cara yang bersih," katanya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar