iPhone 5S muncul dengan inovasi berupa sensor sidik jari. Touch ID,
demikian nama fitur tersebut, mengantikan fungsi password untuk login di
iPhone 5S. Jadi, pengguna tak perlu lagi mengetik nomor PIN lagi ketika
akan meng-unlock ponsel.
Terletak di dalam home button, sensor ini akan langsung memberi perintah unlock saat jari menyentuh tombol. Sensor akan secara otomatis membaca sidik jari si pengguna saat menempel di tombol home.
Para desainer Apple menyusun fitur tersebut dengan cara menumpuk lapisan demi lapisan sensor super tipis di bawah permukaan tombol home. Adapun permukaan tombol home dilapisi material batu safir berkualitas tinggi untuk melindunginya dari goresan.
Dilansir NBC News, Kamis (12/9/2013), di sekeliling tombol home terdapat detection ring, semacam cincin dari bahan stainless steel. Di dalamnya, dibenamkan penutup dari bahan kaca bernama Touch ID capacitive sensor. Bagian paling dalam, diletakkan tactile switch.
Touch ID capacitive sensor adalah bagian paling sensitif yang akan memverifikasi identitas pengguna. Saat pengguna pertama kali menyentuhnya, sensor akan memetakan pola sidik jari. Selanjutnya, sensor mengenkripsi dan menyimpan data sidik jari di Secure Enclave yang berada di dalam chip A7.
Apple mengklaim tidak akan mengirim data tersebut ke iCloud atau layanan cloud lain. Keamanan tambahan ini menjadi sangat penting mengingat data sidik jari pengguna, terhubung ke akun iTunes mereka. Artinya, sekali si pengguna terverifikasi, mereka bisa menggunakannya untuk melakukan pembelian di iTunes.
Kehadiran sensor sidik jari di iPhone 5S memang menjadi daya pikat tersendiri. Meski pemindai sidik jari bukan teknologi baru, namun Apple dapat mengemasnya jadi lebih menarik untuk dilirik.
Pun demikian, Touch ID dianggap menyimpan ancaman menakutkan. Bagaimana jika sidik jari pengguna jatuh ke tangan yang tidak berhak?
Para insinyur Apple mungkin sudah memikirkan hal itu, sampai-sampai mereka mengklaim bahwa data sidik jari yang diambil itu tidak akan dikirim ke iCloud, melainkan disimpan di dalam memori iPhone 5S dalam kondisi dienkripsi.
Dengan metode tersebut Apple mengklaim bahwa data sidik jari pengguna aman, tidak akan ada para peretas yang bisa mengakses data tersebut. Tapi nyatanya justru ancaman datang dari pembesut iPhone itu sendiri.
Berdasarkan dokumen rahasia yang dibocorkan Edward Snowden, dan dilansir media Jerman Der Spiegel, National Security Agency (NSA) telah menyadap ponsel pintar berbasis Android, BlackBerry dan iOS. Jika begini maka lembaga intelijen Amerika Serikat itu bisa mengintip semua data yang ada di dalam ponsel.
Nah, jika dokumen itu benar, maka klaim data sidik jari yang disimpan di dalam memori iPhone 5S tidaklah aman. Bahkan justru sebaliknya, NSA akan sangat terbantu karena bisa memperoleh data sidik jari dengan sangat mudah.
Ancaman itu pun kian nyata karena Apple sendiri dipercaya adalah bagian dari PRISM, program mata-mata yang digagas pemerintah AS untuk menyadap seluruh komunikasi di ponsel pintar dan internet.
Terletak di dalam home button, sensor ini akan langsung memberi perintah unlock saat jari menyentuh tombol. Sensor akan secara otomatis membaca sidik jari si pengguna saat menempel di tombol home.
Para desainer Apple menyusun fitur tersebut dengan cara menumpuk lapisan demi lapisan sensor super tipis di bawah permukaan tombol home. Adapun permukaan tombol home dilapisi material batu safir berkualitas tinggi untuk melindunginya dari goresan.
Dilansir NBC News, Kamis (12/9/2013), di sekeliling tombol home terdapat detection ring, semacam cincin dari bahan stainless steel. Di dalamnya, dibenamkan penutup dari bahan kaca bernama Touch ID capacitive sensor. Bagian paling dalam, diletakkan tactile switch.
Touch ID capacitive sensor adalah bagian paling sensitif yang akan memverifikasi identitas pengguna. Saat pengguna pertama kali menyentuhnya, sensor akan memetakan pola sidik jari. Selanjutnya, sensor mengenkripsi dan menyimpan data sidik jari di Secure Enclave yang berada di dalam chip A7.
Apple mengklaim tidak akan mengirim data tersebut ke iCloud atau layanan cloud lain. Keamanan tambahan ini menjadi sangat penting mengingat data sidik jari pengguna, terhubung ke akun iTunes mereka. Artinya, sekali si pengguna terverifikasi, mereka bisa menggunakannya untuk melakukan pembelian di iTunes.
Kehadiran sensor sidik jari di iPhone 5S memang menjadi daya pikat tersendiri. Meski pemindai sidik jari bukan teknologi baru, namun Apple dapat mengemasnya jadi lebih menarik untuk dilirik.
Pun demikian, Touch ID dianggap menyimpan ancaman menakutkan. Bagaimana jika sidik jari pengguna jatuh ke tangan yang tidak berhak?
Para insinyur Apple mungkin sudah memikirkan hal itu, sampai-sampai mereka mengklaim bahwa data sidik jari yang diambil itu tidak akan dikirim ke iCloud, melainkan disimpan di dalam memori iPhone 5S dalam kondisi dienkripsi.
Dengan metode tersebut Apple mengklaim bahwa data sidik jari pengguna aman, tidak akan ada para peretas yang bisa mengakses data tersebut. Tapi nyatanya justru ancaman datang dari pembesut iPhone itu sendiri.
Berdasarkan dokumen rahasia yang dibocorkan Edward Snowden, dan dilansir media Jerman Der Spiegel, National Security Agency (NSA) telah menyadap ponsel pintar berbasis Android, BlackBerry dan iOS. Jika begini maka lembaga intelijen Amerika Serikat itu bisa mengintip semua data yang ada di dalam ponsel.
Nah, jika dokumen itu benar, maka klaim data sidik jari yang disimpan di dalam memori iPhone 5S tidaklah aman. Bahkan justru sebaliknya, NSA akan sangat terbantu karena bisa memperoleh data sidik jari dengan sangat mudah.
Ancaman itu pun kian nyata karena Apple sendiri dipercaya adalah bagian dari PRISM, program mata-mata yang digagas pemerintah AS untuk menyadap seluruh komunikasi di ponsel pintar dan internet.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar