Halaman

Minggu, 24 Februari 2013

Beginilah Masyarakat Singapura Jaman Dulu

img
Peranakan Museum menyimpan sejarah akulturasi masyarakat Singapura
Singapura - Singapura adalah bangsa multi etnis dari Eropa, Melayu, China, Arab dan India. Jika ingin tahu bagaimana kehidupan masyarakat di Negeri Singa ini pada masa lampau, wisatawan bisa datang ke Peranakan Museum.

Peranakan adalah istilah yang mengacu kepada pencampuran budaya, terutama lewat pernikahan. Masyarakat peranakan adalah keturunan campuran berbagai etnis yang ada secara harmonis yang akhirnya semakin memperkaya budaya yang ada.

Peranakan Museum di Singapura menebarkan pesona unik bagi traveler untuk bertandang. Meski hari masih pagi, pelancong sudah berdatangan ke museum yang resmi dibuka 25 April 2008 itu. detiktravel berkesempatan berkunjung ke museum yang terletak di 39 Armenian Street, Singapura, pada Sabtu (16/2/2013).

Bangunan museum berlantai 3 itu sangat menarik dan klasik. Cat hijau muda dan putih mendominasi fasad dan dinding-dinding museum. Ada 3 pintu kayu yang besar untuk masuk dan keluar serta ruangan full AC. Museum ini juga dilengkapi lift bagi penyadang disabilitas dan manula.

Pengunjung cukup merogoh kocek SGD 6 (Rp 47 ribu) untuk dewasa dan SGD 4 (Rp 31 ribu) untuk anak-anak. Asyiknya museum ini tidak mematok bayaran alias gratis bagi anak-anak di bawah 6 tahun, kaum manula, pelajar, guru-guru maupun warga negara Singapura asalkan menujukkan identitas resmi.

Museum ini buka selama 5 hari. Senin mulai pukul 13.00-19.00 waktu setempat. Selasa hingga Rabu pukul 09.00 hingga pukul 19.00 malam dan Jumat pukul 09.00 hingga 21.00 malam. Peranakan Museum memiliki 10 galeri yang menceritakan kehidupan peranakan tempo doeloe hingga kini.

Galeri Origins, memberikan informasi dan edukasi asal usul sejarah dan budaya komunitas peranakan di Singapura, termasuk budaya-budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat di Singapura seperti Cina, Jawa, India, Melayu, dan Arab.

Ada foto-foto kaum peranakan dari Hokkien, Chinnese Eurasian, Malaca, Penang, hingga Jawa. Benda-benda peninggalan kebudayaan seperti kebaya, mangkok, dan lukisan dipamerkan di ruangan ini. Museum juga menyajikan layar besar yang memutarkan film sejarah budaya keturunan Cina. Ada juga outlet yang menjual replika dan souvenir Peranakan Museum di lantai ini.

Naik ke lantai 2, ada Galeri Wedding. Galeri ini memiliki 4 ruangan yang mengisahkan adat istiadat pesta perkawinan ala peranakan. Galeri memamerkan barang-barang hantaran saat prosesi lamaran, perabotan-perabotan ukiran yang kental dengan unsur Cina dan Melayu dan dipakai saat pesta pernikahan serta kostum pengantin dan aksesoris khas Cina yang dipakai untuk pengantin pria dan wanita.

Melangkah ke lantai 3, ada Galery Nonya yang memamerkan seni dan kerajinan seperti kebaya, sulaman manik-manik dan benang yang dibuat dengan teknik tradisional. Kaum wanita peranakan memakai kebaya sejak abad ke-20. Kebaya-kebaya sutra itu dikenakan bersama sarung.

Galeri Kepercayaan, mengisahkan kepercayaan yang dianut kaum peranakan. Geleri Public Life, menggambarkan kisah perdagangan, politik dan urusan sosial Peranakan di Singapura

Masih di lantai 3, ada galeri makanan dan keramaian. Galeri ini menyediakan koleksi-koleksi perjamuan saat pesta dan terakhir galeri ruang pertemuan Peranakan. Koleksi-koleksi di lantai 2 dan 3 ini ditata berubah-ubah.

img
Pengunjung membayar SGD 6 untuk dewasa dan SGD 4 untuk anak-anak
img
Peranakan Museum menjelaskan asal-asul pembauran etnis Melayu, China, Arab, Jawa dan India
img
Kebaya yang digunakan perempuan peranakan di masa lalu
sumber
tempoe-doeloe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar